Lovin’ You [Part 1 of 3]

Tittle : Lovin’ You [ Part1 of 3]

Genre : Roman

Cast : Park Jungso a.ka Leeteuk

           Nam Gyuri

 

Author poV

 

Seperti biasa dan seperti hari-hari sebelumnya. Pagi ini Gyuri atau lengkapnya Nam Gyuri mulai beraktifitas. Perkerjaannya sebagai pegawai perpustakaan kota cukup menyita waktu karena perpustakaan kota selalu buka pagi-pagi.

 

Gyuri membetulkan baju kerjanya sekali lagi dan mulai memasuki bis. Gyuri duduk dikursi paling belakang, dan seperti biasa dia memandangi suasana musim semi yang hangat. Dan lagi-lagi, dia teringat masa kecilnya.

 

”Gyuri-ya ini bunga untukmu!”

 

huah… bagus sekali. Terima kasih Teukie.”

 

biar aku pasang di telingamu ya.

 

Gyuri memegangi bagian dadanya yang terasa nyeri.

 

yeppeuda!”

 

”kau dimana… tidak tahukah kau bahwa aku sangat merindukanmu.”

 

Bis berhenti. Gyuri mengerjapkan mata dan buru-buru turun dari bis. Dia mulai melenggang ke gerbang perpustakaan kota yang sudah terbuka lebar.

 

”annyeong Gyuri-sshi,” sapa sang security. Gyuri tersenyum sejenak lalu memasuki gedung perpustakaan.

 

”nona Gyuri!” panggil seseorang. Gyuri menoleh dan menghampiri orang yang memanggilnya.

”ada apa Tuan Lee?”

 

”hari ini ada stok buku baru. Siang nanti sudah datang. Kau susun buku itu di lantai dua, rak buku yang baru. Temanmu Yikyung tidak bisa datang hari ini jadi kau sendiri yang menyusun buku-buku itu. Arraseo.”

 

”ne, arraseo.”

 

Gyuri membungkuk sebentar lalu dia menaruh tasnya ditempat istirahat pegawai.

 

”hah… dasar Yikyung menyebalkan. Padahalkan menyusun buku itu bukan tugasku,” guman Gyuri.

 

Gyuri mengambil bulu ayam disebelahnya, berniat memebersihkan debu di beberapa rak buku.

 

Jam 11 tepat. Stok buku-buku baru sudah datang. Gyuri menatap tumpukan buku tebal didepannya dengan sebal.

 

”huh, baiklah kita mulai pekerjaan kita!”

 

Gyuri menyusun buku-buku itu sesuai abjad sambil bersenandung ria. Rak buku yang masih kosong membuat Gyuri bisa melihat ke rak buku didepannya yang sudah tersusun buku.

 

Pandangannya berhenti kesudut ruangan, didekat jendela besar. Seorang pria tengah duduk bersandar di dinding dengan buku di tangannya. Pandangan Gyuri bisa dibilang -terpesona- karena melihat tampilan orang itu yang mungkin bisa saja membuat para kaum hawa menjerit histeris.

 

Tiba-tiba saja pria itu mengangkat wajahnya dan tepat saat itu juga pandangan mereka bertemu.

 

Gyuri yang salah tingkah langsung pura-pura menyusun buku lagi.

 

”gila, dia tampan sekali,” guman Gyuri.

 

Gyuri kembali melirik ke jendela besar itu. Dan pria itu masih membaca bukunya. Ya, Gyuri sekarang sudah mirip seorang stalker. Entah kenapa hatinya terasa menggebu-gebu saat melihat wajah pria itu. Bukan karena pria itu tampan, tapi seperti ada unsur lain yang memikat dan Gyuri belum mengetahui unsur apa itu.

 

”ehem… nona Gyuri..”

 

Gyuri tersentak lalu membalik tubuhnya. Tuan Lee, atasannya sedang melipat tangannya kedepan dadanya dan menatap Gyuri tajam.

 

”pekerjaan mu sudah berlangusng 20 menit. Dan kau baru menyusun beberapa buku saja?”

 

”ma-maaf Tuan Lee,” ujar Gyuri sambil membungkuk. Tuan Lee pergi meninggalkan Gyuri. Gyuri hanya bisa mendengus pelan.

 

Gyuri mendengar cekikikan yang cukup keras. Lantai dua perpustakaan memang cukup sepi, otomatis suara apapun pasti menggema kemana-mana.

 

Gyuri menoleh menatap pria yang duduk di dekat jendala itu. Dia menutup mulutnya menahan tawanya. Dan Gyuri menebak pria itu pasti menertawakannya. Mana ada orang baca ensiklopedia sambil cekikikan.

 

Gyuri mendengus sekali lagi. ”tampan tapi menyebalkan. Dasar tidak tahu sopan santun,” guman Gyuri.

 

Akhirnya satu jam berlalu. Tumpukan buku sudah tersusun di raknya masing-masing. Gyuri menghela nafas dan berniat turun ke lantai dasar.

 

”hei, agashi!” teriak seseorang. Siapa yang bodoh berteriak di dalam perpustakaan.

 

Gyuri menoleh kebelakang. Tubuhnya kaku seketika melihat pria yang tadi menertawakannya mendekat kearahnya.

 

”a-ada yang bisa aku bantu,” ucap Gyuri gelagapan. Melihat wajah pria itu dari dekat benar-benar memacu adrenalinnya.

 

”aku sedang mencari buku biografi Alexander Pope Isaac Newton. Dimana ya?”

 

”di-di ujung sana. Dekat meja bundar itu,” jawab Gyuri gelagapan.

 

”terima kasih agashi” ujar pria itu. Gyuri menatap pria didepannya yang sedang tersenyum.

 

”ohh.. tuhan, aku bisa meleleh..” pikir Gyuri.

 

”oh ya, namamu siapa?” tanya pria itu.

 

”oh, jadi ini jurus kenalan rupanya,” pikir Gyuri lagi. Dia terkekeh dalam hati.

 

”namaku Nam Gyuri. Ada apa memangnya?”

 

”di dinding dekat jendela tadi ada yang menulis ‘nona Nam Gyuri jutexx’. Jadi aku pikir kau perlu mengetahui hal itu”

 

”a-apa? Si-siapa yang menulisnya?”

 

Gyuri buru-buru menunju ke jendela besar. Benar apa yang dikatakan pria itu tadi. Di dinding itu ada tulisan ‘nona Nam Gyuri jutexx’ wajah Gyuri langsung memanas.

 

”YAA…! Siapa yang menulis ini. Kurang ajar!” teriak Gyuri keras.

 

”sudah kubilang kan tadi?” pria itu sudah muncul disebelah Gyuri. Gyuri mengerang keras lalu mengambil tisu basah untuk menghilangkan tulisan itu.

 

”mana bisa hilang dengan tisu basah,” celetuk pria itu. Gyuri menatapnya tajam.

 

”lalu pakai apa?”

 

”aku punya tipe-x,” pria itu memberikan tipe-x pada Gyuri. Gyuri menerimanya dan menuangkan isi tipe-x itu kedinding.

 

”ehem..ehem..”

 

Gyuri tersentak dan langsung menoleh kebelakang. Tuan Lee, untuk kesekian kalinya menatapnya dengan tatapan pembunuh. Gyuri menelan ludahnya bulat-bulat.

 

”mencoret-coret dinding nona Gyuri? Dan kau mengajak temanmu untuk mencoret-coret dinding juga.”

 

”ma-maaf Tuan Lee. Ini tidak seperti yang anda–”

 

”aku tidak mau mendengar penjelasan lagi nona Gyuri. Kau sering sekali membuat kesalahan. Sebagai gantinya gaji mu dipotong bulan ini!”

 

”mwo? Lagi? Tuan Lee jangan dipotong gajiku. Jebal….” rengek Gyuri. Tuan Lee menggeleng kepalanya menandakan ‘tidak’.

 

”dan kau tuan. Jika aku melihatmu mencoret dinding lagi, kau tidak akan aku perbolehkan datang perpustakaan ini.”

 

”baiklah tuan.”

 

Tuan Lee meninggalkan mereka yang tertunduk lemas. Terutama Gyuri.

 

”yaaa! Ini semua gara-gara kau!” teriak Gyuri. Pria itu membulatkan matanya.

 

”kenapa gara-gara aku?” ujarnya tak setuju.

 

”coba kalau kau tidak memberi tahuku tentang tulisan itu. Gaji ku tidak akan dipotong!”

 

”salahmu sendiri kenapa namamu ditulis disitu.”

 

”arrrgg!!!”

 

Gyuri berjalan menuruni tangga dengan hati dongkol. Dan entah ada setan apa, seseorang menarik tangannya.

 

”sudah waktunya istirahat makan siangkan. Ayo kita makan.”

 

Mata Gyuri melebar dengan cepat. Pria tadi menarik tangannya keluar gedung perpustakaan. Dan dia bilang ‘ayo kita makan’. Apa itu berarti pria itu mengajaknya makan bersama?

 

+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++

Jungso PoV

Aku melihatnya untuk kesekian kalinya. Aku tahu kehadiranku belum disadarinya, tapi tak apalah. Apa gunanya kalau ia tahu aku disini. Di dekatnya.

Yeoja itu terlihat tidak bersemangat, sepertinya atasannya Tuan Lee memberikan tugas yang berat. Kasihan sekali….

Yeoja itu membersihkan rak-rak buku di perpustakaan ini. hal yang selalu ia lakukan setiap pagi hari. Jam sudah menunjukkan waktu siang, sekarang yeoja itu mulai menata buku satu per satu. Mengapa yeoja it uterus terlihat kasihan di mataku?? Ingin sekali aku membantunya.

Akhirnya! Seperti tebakanku. Namanya Nam Gyuri. Yeoja yang selalu menjadi pusat perhatianku setelah tiba di Korea ini. Gyuri…nama yang indah bukan. Seperti wajahnya. Polos tapi tetap terlihat tegas.

Sebenarnya aku tak mau melihat ia dibentak apalagi sampai dipotong gajinya. Harusnya aku memikirkan cara lain untuk mengajaknya berbicara lebih banyak. Yah..mau bagaimana lagi. Aku tak tahu tindakan apa lagi yang harus aku lakukan. Aku bukan namja yang bisa terang-terangan.

Aku akan mengatakan semuanya. jika waktunya sudah tepat!

Senang berjumpa denganmu lagi Gyuri….^^

++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++

”kenapa kau menarik tanganku tiba-tiba?” tanya Gyuri saat mereka sedang duduk di taman sambil memakan sandwich daging yang mereka beli tadi.

 

”kan sudah aku bilang kita makan,” ujar pria itu datar.

 

”ya tapi kan aku tidak mengenalmu. Tiba-tiba saja kau langsung menarik tanganku.”

 

”benar kau tidak mengenalku?” tanya laki-laki itu dengan raut wajah kecewa. Gyuri menggeleng cepat.

 

”yasudah, kita kenalan dulu! Namaku Park Jungso. J-U-N-G-S-O,” ujar laki-laki itu sambil mengulurkan tangannya. Gyuri memperhatikan tangan laki-laki itu sejenak lalu meraihnya.

 

”tidak usah di eja segala. Nam Gyuri,” ujar Gyuri dengan senyum seadanya. Jungso memperhatikan sebuah kalung berliontinkan cincin di leher Gyuri. Gyuri yang menyadari pandangan Jungso langsung menutupi bagian dadanya.

 

”a-ada apa?” tanya Gyuri gelagapan.

 

”cincin itu. Cincin yang bagus, kau dapat dari mana?” tanya Jungso. Gyuri mengerjapkan mata lalu meraih kalung di lehernya.

 

”cincin ini, pemberian seseorang.”

 

”seseorang? nuguya?”

 

”dia, teman masa kecilku,” ucap Gyuri sambil memperhatikan cincinnya. Jungso tersenyum kecil.

 

”cincin itu sangat berharga bagimu?”

 

”tentu saja, aku sangat menyayangi cincin ini. Dan juga orang yang memberinya,” Gyuri mengangkat wajahnya memperhatikan Jungso yang tersenyum lebar.

 

”kenapa?” tanya Gyuri heran. Jungso menggeleng pelan lalu menggigit sandwich di tangannya dengan wajah yang terlihat bahagia sekali.

 

”aneh” guman Gyuri.

 

++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++

Jungso PoV

 

Aneh….

Hmmm….kau belum mengenalku secara keseluruhan Nam Gyuri…

Makanya kau mengatakan ‘aneh’. Aku akan membuatmu ingat padaku. Ingat semuanya.

Walaupun aku harus sabar menghadapimu yang sepertinya sangat susah untuk diajak bekerja sama. Kuharap ini tidak akan menyita banyak waktu.

Senang sekali bisa makan siang bersamamu lagi Gyuri …^^

 

++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++

Gyuri berjalan keluar perpustakaan. Perpustakaan sudah tutup jam 5 sore tadi. Tapi dia dihukum oleh Tuan Lee karna datang terlambat saat waktu makan siang tadi. Dan itu semua karna laki-laki yang baru ia kenal, Park Jungso.

 

Gyuri berdiri di halte bis. Tiba-tiba sebuah motor sport berhenti didepannya, tepatnya hampir menyerempet.

 

”yaaa, kau punya mata tidak? Tidak lihat ada orang berdiri disini!” teriak Gyuri kesal. Orang yang menaikki motor itu membuka kaca helmnya.

 

”Jungso-sshi?”

 

”hai, sedang apa?” tanya Jungso tanpa tampang berdosa.

 

”pertanyaanmu benar-benar tak bermutu. Jelas-jelas aku sedang berdiri di halte bis, ya tentu saja aku sedang menunggu bis,” ujar Gyuri sambil menatap Jungso jengkel.

 

”mau ku antar?” tanya Jungso tiba-tiba. Gyuri membulatkan matanya.

 

”apa?”

 

”mau kuantar tidak?”

 

”ohh… tidak usah. Biar aku naik bis saja,” tolak Gyuri halus. Jungso berdecak pelan.

 

”ayolah, aku tidak suka ditolak. Aku tidak akan menculikmu kok.”

 

”benar mau mengantar?” tanya Gyuri sekali lagi. Jungso menganguk pelan.

 

”naiklah,”  ujar Jungso sambil menepuk jok penumpangnya.

 

Dengan malu-malu Gyuri duduk di jok penumpang motor Jungso. Pria itu melepas jaket yang dia pakai lalu memberikannya pada Gyuri.

 

”pakailah, malam ini dingin.”

 

”eh? Gomawo, Jungso-sshi.”

 

Gyuri pun memakai jaket Jungso. Dia hendak perpegangan pada pinggang Jungso tapi gerakkannya terhenti saat ia menyadari Jungso adalah laki-laki yang belum lama ia kenal.

 

”hei, pegangan. Kau mau terjun bebas dari motorku?”

 

”ma-maaf Jungso-sshi, tapi aku…”

 

”tidak apa-apa. Pegangan saja dipinggangku, aku tak keberatan.”

 

Gyuri menggaruk kepalanya yang tak gatal lalu dengan malu-malu wanita itu melingkarkan lengannya di pinggang Jungso.

 

”sudah siap?” tanya Jungso. Gyuri berguman pelan dan motor Jungso langsung melaju. Awalnya pelan, lama-kelamaan semakin cepat dan itu membuat Gyuri berteriak ketakutan.

 

”Jun-Jungso-sshi, pelankan sedikit motormu,” ucap Gyuri dengan susah payah.

 

”Waa, tidak bisa. Aku sudah terbiasa ngebut seperti ini,” balas Jungso santai.

 

”Tapikan kau bukan pembalap!!”

 

Jungso tidak memperdulikan ocehan Gyuri. Pria itu malah mempercepat laju motornya. Gyuri dengan reflek memeluk pinggang Jungso dengan erat. Inilah yang ditunggu Jungso dari tadi ^^

 

+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++

 

”hah… kapok aku naik motormu!” ujar Gyuri setelah sampai di kost-an nya. Jungso terus tertawa melihat tampang kusut Gyuri.

 

”sudahlah. Harusnya kau senang bisa merasakan jadi pembalap walau hanya beberapa menit,” ujar Jungso masih tertawa. Gyuri mendengus pelan sambil merapikan rambutnya yang berantakan akibat ulah motor Jungso.

 

”yasudah, terima kasih Jungso-sshi sudah mau mengantarku pulang,” ujar Gyuri lalu membungkuk sebentar. Jungso tersenyum lalu menganguk.

 

Tangan laki-laki itu terangkat menuju kepala Gyuri lalu merapikan poni wanita di depan yang memang berantakan. Gyuri terkejut langsung terdiam ditempat.

 

”lebih baik kau cepat masuk. Angin makin kencang. Aku permisi dulu, Gyuri-ya,” pamit Jungso lalu langsung melengos meninggalkan Gyuri yang masih terbengong-bengong.

 

Gyuri memegangi poninya lalu turun ke pipinya. Wanita itu merasakan pipinya memanas.

 

”a-apa yang yang dia lakukan tadi. Dan-dan dia memanggil ku Gyuri-ya?? Aaaaa, naega michoseo!!” teriak Gyuri tak karuan.

 

Dia berjalan memasuki rumah kost-annya dan langsung disambut oleh beberapa penghuni rumah.

 

”waaa, siapa yang mengantarmu pulang?” tanya salah satu dari mereka.

 

”di-dia bukan siapa-siapa” jawab Gyuri gelagapan.

 

”wah, dia tampan. Pacar barumu ya? Ayo ngaku!”

 

”an-aniyaa…”

 

”hei, ini jaket miliknya ya? Wa, dia baik sekali”

 

”ja-jaket?”

 

Gyuri memperhatikan jaket yang masih membungkus tubuhnya lalu menepak jidatnya kuat.

 

”aaa, aku lupa mengembalikannya!!” teriak Gyuri yang sukses membuat semuanya terdiam. Dia berjalan menuju kamar lalu membanting pintu keras.

 

++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++

Jungso PoV

 

HAATTTSSHIIIIII….

Sial sekali nasibku malam ini. benar-benar malam sialan! Bagaimana bisa dengan entengnya aku memberinya jaket dan si yeoja Gyuri itu tak mengembalikan jaketku lagi. Apa ia tak tahu, musim pancaroba ke musim dingin di Korea sangat dingiiiin sekali.

 

HAAATTTSSHIIIII….

Tak ada yang berubah kalau aku marah-marah seperti ini. semuanya akan tetap sama.

Aku menidurkan diri ke kasur empukku, walaupun rasanya sangat tak nyaman tapi aku berusaha memejamkan matanya. Kepalaku benar-benar berat sekali. Ingin sekali aku memotong kepalaku sendiri (?)tidak…tidak…itu terlalu tragis.

 

AARGGGHHHHH…..

Aku benci keadaanku sekarang. Semoga besok aku akan pulih sehat kembali.

Aku mulai menhitung banyaknya kambing, mencoba cara itu untuk membuatku bisa tidur….’’—‘’

 

++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++

 

“hah… dasar laki-laki menyebalkan. Bagaimana cara mengembalikan jaketnya itu. Akukan baru kenal dengannya,” rutuk Gyuri saat mau tidur. Dia dari tadi melirik jaket yang tergantung dipintu lemari bajunya.

 

Gyuri menelentangkan tubuhnya, menatap langit-langit kamar. Entah kenapa wajah Jungso langsung terlintas dipikirannya. Gyuri menyeringit lalu mengetuk kepalanya sendiri.

 

”aish… kenapa wajah laki-laki itu langsung terbayang? Menyebalkan!” Gyuri mengerang-erang tak jelas dalam kamarnya.

 

Hah! Ternyata Gyuri tak sadar bahwa di dunia Jungso sana, namja itu sedang merasikan kondisi yang sangat buruk!!! Kasihan sekali Jungso.

 

+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++

 

”hah… bekerja diperpustakaan memang membosankan!” rutuk Gyuri. Yikyung salah satu teman Gyuri menyenggol lengannya pelan.

 

”Gyuri-ya!”

 

”aish… apa?”

 

”laki-laki yang duduk disana. Dari tadi memperhatikan kita,” ujar Yikyung sambil menunjuk sebuah meja diujung ruangan dengan matanya.

 

Gyuri dengan malas menoleh kearah yang dituju Yikyung. Dan dia melihat Jungso sedang membaca buku.

 

”dia tidak memperhatikan kita. Dasar ge-er.”

 

”tapi sebelum kau menoleh, dia memperhatikan kita. Woaa, Gyuri-ya dia kesini!!”

 

Yikyung menyenggol lengan Gyuri dengan kuat. Gyuri yang jengkel langsung menatap tajam Yikyung.

 

”ma-maaf,” ujar Yikyung gelagapan.

 

”annyeong, Gyuri,” sebuah suara mengagetkan mereka. Gyuri dan Yikyung mendongak kan wajah mereka dan terkejut melihat laki-laki didepan mereka.

 

”hai,” sapanya lagi.

 

”an-annyeong..” balas Yikyung gelagapan.

 

”ehmm. Hai, Jungso-sshi,” sapa Gyuri. Yikyung langsung menoleh cepat pada Gyuri.

 

”kau mengenal laki-laki ini?” bisik Yikyung. Gyuri berguman malas.

 

”apa aku mengganggu?” tanya Jungso. Yikyung menggeleng cepat.

 

”anni.. kau tidak mengganggu kami kok,” ujar Yikyung dengan senyum. Jungso membalas senyumannya dan langsung membuat Yikyung kejang-kejang.

 

”ada yang bisa aku bantu, Jungso-sshi?” tanya Gyuri. Jungso menganguk cepat.

 

”ini sudah jam 12 siang. Kau mau makan siang diluar? Bersamaku,” ujar Jungso santai.

 

”aku mau!” teriak Yikyung tiba-tiba. Gyuri dan Jungso menatap Yikyung kaget.

 

”ma-maksudku. Kalau boleh, aku juga mau ikut,” ralat Yikyung.

 

”tentu saja kau boleh ikut,” ujar Jungso pada Yikyung lalu beralih ke Gyuri.

 

”kau ikut kan?” tanya Jungso. Gyuri mengetuk jarinya ke meja.

 

”aku mau ikut, tapi jangan lama-lama seperti kemarin. Aku dihukum Tuan Lee karna datang terlalu lama,” rengut Gyuri. Jungso tertawa kecil lalu menganguk.

 

”baiklah, kita tidak akan lama-lama. Setelah makan aku akan langsung mengantarmu kesini. Khajja!”

 

Jungso menarik tangan Gyuri tanpa memperdulikan Yikyung yang melongo dengan kedekatan mereka. Tapi akhirnya Yikyung tersadar bahwa dia ditinggal lalu berteriak.

 

”hei, tunggu aku!”

 

++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++

 

Jungso, Gyuri, dan Yikyung sudah sampai di sebuah cafe tak jauh dari perpustakaan. Gyuri duduk di kursi paling ujung dekat jendela. Jungso menyusul dengan duduk didepannya. Sedangkan Yikyung dengan santainya langsung duduk disamping Jungso tapi tangannya segera ditarik Gyuri untuk duduk disebelahnya.

 

”Gyuri, aku kan mau duduk disana!” rengek Yikyung. Gyuri berdecak pelan.

 

”kau jangan buat malu dong. Kau itu kenal saja belum dengannya!” bisik Gyuri tertahan. Jungso hanya tersenyum kecil melihat dua sahabat itu.

 

Pelayan cafe datang. Setelah memesan mereka berbincang sejenak.

 

”Gyuri-ya, kenalkan aku padanya,” rengek Yikyung. Gyuri menatapnya garang, tapi masih mengenalkannya pada Jungso.

 

”Jungso-sshi. Ini salah satu temanku diperpustakaan, namanya Park Yikyung,” ujar Gyuri sambil menunjuk Yikyung. Yikyung mengulur tangannya bermaksud bersalaman dengan Jungso.

 

”ahya, Park Jungso imnida,” balas Jungso. Mata Yikyung langsung berbinar-binar.

 

”kita satu marga!” ujar Yikyung tak percaya. Jungso hanya angguk-angguk tenang.

 

”itu berarti kalian tidak bisa menikahi satu sama lain,” celetuk Gyuri. Yikyung menatap Gyuri tajam.

 

Setelah beberapa menit, pesanan mereka datang. Gyuri memperhatikan sebuah telur rebus dimangkuknya. Gyuri mendengus pelan, dia tidak suka kuning telur.

 

Jungso memperhatikannya sejenak, lalu menyodorkan mangkuk miliknya ke Gyuri.

 

”berikan saja padaku,” ujarnya tak jelas. Gyuri mengangkat wajahnya menatap Jungso heran.

 

Dan Gyuri baru melihat wajah pucat Jungso. Ia merasa Jungso sedang tak sehat. “apa ia sakit?”, pikir Gyuri.

 

“sini, berikan padaku saja,” ujar Jungso lagi.

 

”apa?” ujar Gyuri balik bertanya.

 

”ckckk, kuning telurnya berikan padaku saja. Kau tidak suka kan?”

 

Gyuri sedikit kaget. ”dari mana Jungso tahu kalau aku tidak suka kuning telur,” pikir Gyuri.

 

”jangan-jangan dia punya indera ke enam sehingga bisa membaca pikiranku? Errrr…” pikirnya lagi.

 

Gyuri memotong telurnya dengan hati-hati, lalu memberikan kuning telur miliknya ke mangkuk Jungso.

 

Yikyung yang dari tadi memperhatikan mereka langsung membuka suara.

 

”sepertinya kau sangat mengenal Gyuri, Jungso-sshi?” ujarnya sambil mengulum ujung garpunya.

 

”mungkin,” ujar Jungso sambil memberikan smile eyes pada Yikyung.

 

+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++

 

Jungso PoV

 

“mungkin”

Ingin sekali aku mengatakan. “aku sangat mengenal Gyuri!!!”. Tidak bisa. Ia tak bisa membongkar semuanya sekarang. Waktunya terlalu singkat, ia ingin sedikit bermain dengan Gyuri. Laki-laki memang suka tantangan, dan ia sendiri sangat suka tantangan. Ia ingin mengukur sejauh mana Gyuri akan mengingatnya. Dan sebenarnya, misi terbesarnya adalah membuat Gyuri jatuh cinta padanya. Seperti dirinya juga.

 

Ia ingin cintanya berbalas. Karena pantang baginya ‘cinta bertepuk sebelah tangan’

 

Aku akan terus berada di dekatmu, Gyuri. Kuharap kau tidak merasa jengah.

 

Kalau boleh jujur nih, sebebarnya hari ini kurang sehat. Bangun sepagi tadi membuat kepalaku pening. Aku hampir saja menabrak tiang pembatas jalan untung saja setelah minum minuman isotonic *promosi* aku merasa keadaanku jauh lebih baik. Terima kasih poccari sweat…lho???*nyebut merk deh ^^

 

+++++++++++++++TO BE CONTINUE++++++++++++++++++++

 

Tinggalkan komentar